JAGUNG
( Zea mays L. )
1. PELUANG AGRIBISNIS
Jagung merupakan komoditas pangan sumber karbohidrat kedua setelah beras, sangat penting untuk ketahanan pangan. Jagung juga berperan penting dalam industri pakan ternak dan industri pangan. Dalam kurun lima tahun terakhir, kebutuhan jagung nasional untuk bahan industri pakan, makanan dan minuman meningkat ±10%-15%/tahun.
Pengembangan jagung diarahkan untuk mewujudkan Indonesia menjadi produsen jagung yang tangguh dan mandiri pada tahun 2025 dengan ciri-ciri produksi yang cukup dan efisien, kualitas dan nilai tambah yang berdaya saing, penguasaan pasar yang luas, meluasnya peran stakeholder, serta adanya dukungan pemerintah yang kondusif. Dalam periode 2005-2025, produksi jagung nasional diproyeksikan rata-rata tumbuh sebesar 4,26%.
Kondisi di atas menggambarkan bahwa komoditi jagung mempunyai peluang yang sangat besar untuk dikembangkan melalui agribisnis.
2. KEUNGGULAN KOMPARATIF
Jagung banyak diolah dalam bentuk tepung, makanan ringan atau digunakan untuk bahan baku pakan ternak. Hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Sejalan dengan perkembangan industri pengolah jagung dan perkembangan sektor peternakan, permintaan akan jagung cenderung semakin meningkat.
Sebagai daerah yang paling dengan pusat pelayanan (ibu kota Propinsi Jawa Barat), pengembangan jagung di Kabupaten Sumedang memiliki keunggulan komparatif dibanding daerah lain karena proses produksi dan distribusi hasil dapat dikembangkan lebih efisien.
3. LINGKUNGAN BUDIDAYA
3.1. Iklim
- Iklim sedang hingga daerah beriklim basah.
- Pada lahan tidak beririgasi, curah hujan ideal 85-200 mm/bulan dan harus merata.
- Sinar matahari cukup dan tidak ternaungi
- Suhu 21-340C, optimum 23-270C. Perkecambahan benih memerlukan suhu ± 300C.
3.2. Media Tanam
- Tanah gembur, subur dan kaya humus.
- Jenis tanah: andosol, latosol, grumosol, dan tanah berpasir. Tanah grumosol memerlukan pengolahan tanah yang baik. Tanah terbaik bertekstur lempung/liat berdebu.
- pH tanah 5,6 - 7,5.
- Aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik.
- Kemiringan ≤ 8%, lahan miring > 8%, perlu di teras.
- Tinggi tempat 1.000-1800 m dpl, optimum 0-600 m dpl.
4. WILAYAH PENGEMBANGAN
Wilayah pengembangan jagung di Kabupaten Sumedang: adalah Kecamatan Cibugel, Wado, Tanjungsari, Rancakalong, Cimanggung, Jatinangor, Buahdua, Tanjungmedar dan Pamulihan
5. TEKNOLOGI BUDIDAYA
5.1. Penyiapan Benih
1) Persyaratan Benih
- Bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya.
- Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, murni, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang terjamin adalah benih bersertifikat.
Jagung hibrida berpotensi produksi tinggi, namun mempunyai kelemahan yaitu harga benih lebih mahal, dapat digunakan maksimal 2 kali turunan. Beberapa varietas unggul jagung seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa Contoh Varietas Jagung Hibrida
Varietas
|
Umur
|
Potensi Hasil
(Ton/ha)
|
Rata- rata Hasil (Ton/ha)
|
C6
|
98-105
|
-
|
10-10,3
|
C7
|
95-105
|
10-12,4
|
8,1
|
Pioneer 13
|
90-115
|
10-11
|
8,027
|
Pioneer 14
|
89-112
|
10-11
|
7,578
|
CPI -1
|
97
|
-
|
6,2
|
CPI- 2
|
97
|
8-9
|
6,2
|
IPB 4
|
100-105
|
-
|
6,6
|
Semar 2
|
91
|
-
|
5,0-6,1
|
Semar 3
|
94
|
8-9
|
5,3
|
2) Penyiapan Benih;
- Benih jagung komposit dapat diperoleh dari penanaman sendiri, dari jagung yang tumbuh sehat.
- Dari tanaman terpilih, diambil jagung yang tongkolnya besar, barisan biji lurus dan penuh tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama penyakit.
- Tongkol dipetik setelah lewat fase matang fisiologi dengan ciri: biji mengeras dan sebagian besar daun menguning.
- Tongkol dikupas dan dikeringkan, bila benih akan disimpan dalam jangka lama, setelah dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan di tempat kering.
- Dari tongkol kering, diambil biji bagian tengah. Biji di bagian ujung dan pangkal tidak digunakan sebagai benih.
- Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Benih yang dibutuhkan adalah sebanyak 20-30 kg/ha.
3) Perlakuan Benih
Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dengan fungisida, terutama apabila diduga akan ada serangan jamur. Bila diduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik.
5.2. Pengolahan Media Tanam
Pengolahan tanah bekas pertanaman padi dilaksanakan setelah membabad jermi. Jerami dapat digunakan sebagai mulsa/penutup tanah setelah jagung ditanam. Kegunaan mulsa yaitu mengurangi penguapan tanah, menghambat pertumbuhan gulma, menahan pukulan air hujan dan lama kelamaan mulsa menjadi pupuk hijau. Pengolahan tanah pada lahan kering cukup sampai dengan kedalaman 10 cm dan semua limbah digunakan sebagai mulsa.
Pada saat pengolahan tanah setiap 3 m perlu disiapkan saluran air sedalam 20 cm dan lebar 30 cm yang berfungsi untuk memasukkan air pada saat kekurangan air dan pembuangan air pada saat air berlebih.
Tanah dengan pH kurang dari 5,0, harus dikapur 1 bulan sebelum tanam. Jumlah kapur yang diberikan 1-3 ton/ha untuk 2-3 tahun disebar merata atau pada barisan tanaman, Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman atau menggunakan mineral zeolit dengan dosis sesuai dengan petunjuk produsen.
1). Minimum Tillage
Pada lahan-lahan yang peka terhadap erosi, budidaya jagung perlu diikuti dengan usaha-usaha konservasi seperti penggunaan mulsa dan sedikit mungkin pengolahan tanah. Bila waktu tanam mendesak, pengolahan tanah dapat dilakukan hanya pada barisan tanaman saja, selebar 60 cm dengan kedalaman 15 – 20 cm
2). Zero Tillage (tanpa pengolahan tanah)
Pemberantasan gulma menggunakan herbisida 2-3 lt/ha. Tanah dicangkul hanya untuk lubang tanaman.
5.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
- Tumpang sari (Intercropping); Penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda).
- Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum.
- Tanaman bersisipan (Relay Cropping): dengan cara menyisipkan satu/beberapa jenis tanaman selain jagung. Misalnya waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
- Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya. Pada pola ini lahan efisien, tetapi riskan terhadap hama dan penyakit.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam 3-5 cm, tiap lubang diisi 1 butir benih. Jarak tanam disesuaikan dengan umur panen. Jagung berumur ≥100 hari jarak tanam 40 x 100 cm (2 tanaman /lubang). jagung.berumur 80-100 hari, jarak tanamnya 25 x 75 cm (1 tanaman/lubang). Sedangkan jagung. berumur < 80 hari, jarak tanam 20 x 50 cm (1 tanaman/lubang).
Tabel 2. Jarak tanam dan Populasi Jagung Per Hektar
Varietas
|
Jarak tanam
(cm x cm)
|
Populasi
(Tanaman/Ha)
|
Umur dalam
(>100 hari)
|
100 x (40-50)
|
40.000 – 50.000
|
Umur tengah
(90-100 hari)
|
75 x (40-50)
|
53.000 - 66.000
|
Umur genjah
(80-90 hari)
|
50 x (20-25)
|
80.000 – 100.000
|
3) Cara Penanaman
Saat tanam tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Jumlah benih per lubang tergantung keinginan, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji/lubang, bila dikehendaki 1 tanaman/lubang, maka benih yang dimasukkan 2 biji/lubang.
Jumlah kebutuhan benih per hektar dengan beberapa alternatif jarak tanam dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Jarak Tanam dan Kebutuhan Benih Jagung
Jarak tanam
(cm)
|
Non Hibrida
(kg/ha)
|
Hibrida
(kg/ha)
|
100 x 40
|
22,5
|
-
|
75 x 25
|
32
|
20
|
75 x 40
|
-
|
30 – 40
|
75 x 20
|
40
|
-
|
50 x 20
|
60
|
-
|
4) Lain-lain
Di lahan irigasi jagung ditanam pada musim kemarau. Di sawah tadah hujan ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awal musim hujan dan akhir musim hujan.
5.4. Pemeliharaan
1) Penjarangan dan Penyulaman
Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman dan hanya dikehendaki 2 atau 1, tanaman yang tumbuh paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain.
Benih yang tidak tumbuh/mati perlu disulam, kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Penyulaman menggunakan benih dari jenis yang sama.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman muda menggunakan tangan, cangkul kecil, garpu. Penyiangan harus hati-hati agar tidak mengganggu perakaran yang belum kuat mencengkeram tanah.
3) Pembumbunan
Pembumbunan bersamaan dengan penyiangan dan pemupukan pada umur 6 minggu. Tanah di kanan dan kiri barisan jagung diurug dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman, membentuk guludan memanjang. Pembubunan juga dilakukan bersamaan penyiangan kedua.
4) Pemupukan
Pemupukan perlu memperhatikan jenis, dosis, waktu dan cara pemberian pupuk. Pada umumnya varietas unggul lebih banyak memerlukan pupuk dibandingkan dengan varietas lokal. Pemupukan pada tanaman jagung disajikan pada tabel 4.
Tabel 4 Dosis dan Waktu Pemberian Pupuk pada Tanaman Jagung
No
|
Jenis
|
Dosis
(kg/ha)
|
Waktu pemberian
| ||
Dasar
|
21 HST
|
35 HST
| |||
(kg/ha)
|
(kg/ha)
|
(kg/ha)
| |||
1
|
Non Hibrida
| ||||
- Urea
|
200
|
83,33
|
166,67
|
-
| |
- TSP/SP-36
|
75-100
|
75-100
|
-
|
-
| |
- KCL
|
50
|
50
|
-
|
-
| |
2
|
Hibrida
|
-
|
-
| ||
- Urea
|
300
|
100
|
100
|
100
| |
- TSP/SP-36
|
100
|
100
|
-
|
-
| |
- KCL
|
50
|
50
|
-
|
-
|
Pertanaman jagung perlu dipupuk dengan pupuk organik 15.000-20.000kg/ha disebar merata saat pengolahan tanah atau disebar dalam larikan dengan dosis 300 kg/ha.
Pupuk buatan diberikan secara tugal/larikan sedalam ± 10 cm pada kedua sisi tanaman dengan jarak 7 cm. Pada jarak tanam yang rapat pupuk dapat diberikan di dalam larikan yang dibuat di kiri kanan barisan tanaman
5) Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab. Pengairan diperlukan pada saat pembentukan malai dan tongkol. Pemberian air pada pertanaman jagung cukup sampai tingkat kapasitas lapang atau tidak sampai tergenang.
Pertanaman jagung yang terlalu kering dapat diairi melalui saluran pemasukan air. Air yang diberikan cukup hanya menggenangi selokan yang ada, dibiarkan satu malam dan pada pagi harinya sisa air dibuang.
6. HAMA DAN PENYAKIT
6.1. Hama
a) Lalat bibit (Atherigona exigua Stein):
Gejala: daun kekuning-kuningan; di sekitar bagian terserang terjadi pembusukan, akhirnya tanaman layu, pertumbuhan kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan dan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan pergiliran tanaman; (2) tanaman terserang dicabut dan dimusnahkan, agar hama tidak menyebar; (3) kebersihan areal dijaga dan diperhatikan terutama dari tanaman inang; (4) pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida efektif.
b) Ulat pemotong
Gejala: tanaman terserang terpotong beberapa sentimeter di atas permukaan tanah ditandai dengan bekas gigitan pada batang, akibatnya tanaman jagung muda roboh di atas tanah. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A. ipsilon); Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) tanam serentak pada areal yang luas dan pergiliran tanaman; (2) mencari dan membunuh ulat yang biasanya terdapat di dalam tanah; (3) sebelum lahan ditanami jagung, disemprot dengan insektisida.
6.2. Penyakit
a) Penyakit bulai (Downy mildew):
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. spora javanica serta P. spora philippinensis.merajalela pada suhu diatas 270C dan udara lembab. Gejala: (1) pada tanaman berumur 2-3 minggu, daun runcing, kecil, kaku dan pertumbuhan terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman terserang mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dimulai dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman awal musim hujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul; (3) tanaman terserang, kemudian dimusnahkan.
b) Penyakit bercak daun (Leaf bligh).
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning- kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman guna menekan meluasnya cendawan; (2) mekanis dengan mengatur kelembaban lahan agar kondisi lahan tidak lembab; (3) kimiawi dengan fungisida.
c) Penyakit karat (Rust) ;
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan Puccinia polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah tua terdapat titik-titik noda yang berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk yang berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan kemudian berkembang dan memanjang, akhirnya karat dapat berubah menjadi bermacam-macam bentuk. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban pada areal tanam; (2) menanam varietas tahan; (3) melakukan sanitasi (4) kimiawi menggunakan pestisida seperti pada penyakit bulai dan bercak daun.
d) Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut);
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: pada tongkol ditandai dengan masuknya cendawan ini ke dalam biji sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus terdesak hingga pembungkus rusak dan kelenjar keluar dari pembungkus dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban areal pertanaman jagung dengan cara pengeringan dan irigasi; (2) memotong bagian tanaman kemudian dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur dengan fungisida secara merata.
e) Penyakit busuk tongkol dan busuk biji;
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi(Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas unggul, dilakukan pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) penyemprotan dengan fungisida setelah ditemukan gejala serangan.
7. PANEN
7.1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen jagung tergantung pada varietas yang ditanam, tetapi biasanya 2 bulan setelah 50% keluar rambut. Ciri tanaman jagung yang siap dipanen adalah:
- Klobot kering berwarna kuning
- Bila dikupas biji mengkilap.
- Bila biji ditekan dengan kuku tidak berbekas.
- Terdapat bintik hitam pada bagian biji yang melekat pada tongkol
7.2. Cara Panen
- Sebelum dipanen dapat dilakukan pemangkasan batang bagian atas untuk menurunkan kadar air tonggol disertai dengan pengupasan klobot sebagian atau seluruhnya
- Cara panen dengan memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dengan mematahkan tangkai buah. Pada lahan yang luas dan rata bisa menggunakan alat mesin pemetikan.
8. PASCAPANEN
8.1. Pengupasan
Jagung dikupas pada saat masih menempel di batang atau setelah di petik. Pengupasan dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan.
8.2. Pengeringan
Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisional jagung dijemur di bawah sinar matahari sampai kadar air 9–11%. Penjemuran memakan waktu ± 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung.
Pengeringan buatan pada musim hujan dilakukan dengan mesin pengering, Suhu pengeringan 38-430 C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13%. Penundaan waktu pengeringan selama 2 hari dapat meningkatkan kontaminasi Aspergilus flavus yang dapat meningkatkan alfa toxin yang dapat meracuni manusia dan hewan.dari 14 pbb menjadi 94 pbb (ambang batas Aspergilus flavus menurut FAO 30 (pbb).
8.3. Pemipilan
Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil menggunakan tangan atau alat pemipil bila jumlah produksi cukup besar. Untuk memudahkan pekerjaan pemipilan dilakukan pada tongkol kering dan kadar air bji 18%-20%.
8.4. Penyimpanan
a) Tempat Penyimpanan
- Letak gudang strategis, arah bangunan membujur dari barat ke timur sehingga luas dinding yang tertimpa sinar dapat dikurangi dan gudang tetap dalam kondisi dingin.
- Guna menghindari serangan hama, gudang dibersihkan. Kontruksi gudang perlu diperhatikan dari kemungkinan kebocoran, sirkulasi udara yang cukup dan keamanan.
- Ventilasi gudang harus cukup sehingga suhu dalam tetap stabil dan merata.
- Tempat penyimpanan berlantai dilengkapi lantai palsu dengan tinggi minimal 15 cm, sehingga jagung tidak kontak langsung dengan lantai.
- Hindari celah pada dinding yang dapat dijadikan persembunyian hama.
- Sekeliling gudang bersih dari semak agar tidak dimanfaatkan tikus untuk memanjat, dan gudang tidak lembab.
b) Penyimpanan untuk benih :
- Bentuk tongkol berkelobot, jagung di gantung di para-para dengan pengasapan tiap hari.
- Bentuk pipilan, setelah dicampur dengan abu kering, biji bungkus rapat-rapat dengan plastik kedap udara, kemudian simpan dalam wadah dan ditutup. Wadah dapat berupa semacam silo kayu atau drum. Jika kadar air biji 10%, maka campuran abu tidak diperlukan.
c) Penyimpanan untuk konsumsi :
Untuk bentuk pipilan dengan kadar air 12%, jagung dibungkus secara rapat dengan plastik kedap udara atau kaleng, atau dibungkus dengan plastik dilapisi karung dan disimpan dalam tempat bersih dan kering.
8.5. Pewadahan
a) Tujuan
- Memudahkan penanganan (pemindahan dan penyimpanan)
- Perlindungan dari cuaca diharapkan pengemasan dapat melindungi biji jagung dari cuaca luar yang merugikan misalnya kelembaban udara yang tinggi, bocoran hujan dll
- Perlindungan dari gangguan hama selama penyimpanan
- Perlindungan dari gangguan cendawan
b) Bahan kemasan yang dapat digunakan; kantung plastik, kertas, karung, atau wadah yang kaku.
c) Persyaratan bahan
- Bahan pengemasan sebaiknya dapat ditembus udara sehingga kebutuhan udara biji dapat dipenuhi dan kelebihan asam dapat dibuang
- Mudah didapat dan relatif murah
- Dapat digunakan berulang ulang
- Dapat menghemat ruangan
8.6. Penyortiran dan Penggolongan
Setelah dipipil, biji jagung dipisahkan dari sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dan kotoran Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari/menekan serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan.
Bahan benih membutuhkan keseragaman bentuk dan ukuran biji, sehingga pemisahan sangat penting. Ada berbagai cara membersihkan atau memisahan jagung dari campuran kotoran namun demikian pemisahan dengan cara ditampi akan mendapatkan hasil yang baik.
9. STANDAR PRODUKSI
9.1.Ruang Lingkup
Standar produksi tanaman jagung meliputi: standar klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, pengemasan dan rekomondasi.
9.2.Diskripsi
Standar mutu jagung di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-03920-1995.
9.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
Berdasarkan warnanya, jagung kering dibedakan menjadi :
- Jagung kuning adalah jagung yang sekurang-kurangnya 90% bijinya berwarna kuning),
- Jagung putih adalah jagung yang sekurang-kurangnya 90% bijinya berwarna putih
- Jagung campuran adalah jagung yang tidak memenuhi kedua syarat tersebut.
a) Syarat Umum
- Bebas hama dan penyakit.
- Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya.
- Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida.
- Memiliki suhu normal.
b) Syarat Khusus
Jagung berkualitas harus memenuhi syarat khusus seperti terlihat pada tabel 5.
Tabel 5. Standar Mutu Jagung
Komponen mutu
|
Mutu
| |||
I
|
II
|
III
|
IV
| |
Kadar air maksimum (%)
|
14
|
14
|
15
|
17
|
Butir rusak maksimum (%)
|
2
|
4
|
6
|
8
|
Butir warna lain maksimum (%)
|
1
|
3
|
7
|
10
|
Butir pecah maksimum (%)
|
1
|
2
|
3
|
3
|
Kotoran maksimum (%)
|
1
|
1
|
2
|
2
|
Untuk mendapatkan standar mutu yang disyaratkan maka dilakukan beberapa pengujian diantaranya:
- Penentuan adanya hama dan penyakit, dilakukan secara organoleptik kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera pengelihatan dan penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperbolehkan.
- Penentuan adanya butir rusak, warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukan secara manual dengan pinset. Contoh uji 100 gram/sampel. Persentase butir-butir warna lain, butir rusak, butir pecah, kotoran ditetapkan berdasarkan berat tiap komponen dibandingkan berat contoh analisa x 100 %
- Penentuan kadar air biji ditentukan dengan Moisture Tester Electronic atau ”Air Oven Methode” (ISO/r939-1969E atau OACE 930.15). Penentuan kadar aflatoxin adalah racun hasil metabolisme cendawan Aspergilus flavus, Aflatoxin disini adalah jumlah semua jenis aflatoxin yang terkandung dalam biji-biji kacang tanah.
9.4.Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung maksimum 30 karung dari tiap partai barang, dari tiap-tiap karung diambil contoh maksimum 500 gram. Contoh tersebut dicampur hingga rata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh ini disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram.
9.5 Pengemasan
Pengemasan dengan karung bersih dijahit bagian atasnya, berat netto maksimum 75 kg. dan tahan mengalami “handling” waktu pemuatan dan pembongkaran. Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman yang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain: a) Produce of Indonesia, b) Daerah asal produksi, c) Nama dan mutu barang, d) Nama perusahaan/pengekspor, e) Berat bruto, f) Berat netto, g) Nomor karung, h) Tujuan.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking