Donderdag 16 Mei 2013

hama tanaman kelengkeng


HAMA PADA TANAMAN KELENGKENG (Dimocarpus longan L.)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Buah fenomenal merupakan julukan kelengkeng dataran rendah. Kehadirannya 2 tahun silam meruntuhkan anggapan kelengkeng yang dikira hanya berbuah di dataran rendah di segala penjuru nusantara. Kelebihan dari kelengkeng dataran rendah ialah sifatnya genjah. Bibitnya pada umur 16 – 20 bulan berbuah.
Lengkeng merupakan tanaman berbentuk perdu dengan penampilan yang indah, sehingga cocok untuk tanaman hias di pekarangan rumah. Tinggi pohon bisa mencapai 12 m. Bunga lengkeng berbentuk malai yang tumbuh di ujung ranting dan terutama di bagian luar dari mahkota pohon. Persarian bunganya banyak dibantu oleh serangga, terutama jenis lebah. Musi berbunga lengkeng umumnya jatuh pada bulan Agustus – September dan buahnya masak pada sekitar bulan Januari – Februari.
Di Indonesia budidaya lengkeng dilakukan dengan proses sambung atau stek. Sebab jika ditanam dalam keadaan masih biji, prosesnya akan lama dan hasilnya pun belum tentu sama dengan indukan. Terlebih lengkeng ping pong masih merupakan varietas baru di Indonesia, sehingga masih sedikit orang yang berinisiatif membudidayakan sebagai alternatif bisnis.
Apabila tanaman kelengkeng yang masih produktif terserang hama, maka produktivitasnya akan menurun bahkan dapat berhenti berproduksi akibat kematian pohon. Dengan demikian, pengendalian hama yang tepat sangat dianjurkan agar pohon – pohon yang terserang dapat pulih kembali dan dapat berproduksi dengan normal .
Keuntungan petani yang diperoleh dari pohon yang dipulihkan dari serangan hama penggerek batang akan dinikmati terus menerus pada musim buah kelengkeng sampai pohon tersebut tua dan tidak berproduktif lagi.

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui pengendalian hama utama pada tanaman lengkeng (Dimocarpus longan L.).

Kegunaan Penulisan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal di Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Tim Penulis (2007) klasifikasi dari kelengkeng (Dimocarpus longan L.) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Dimocarpus
Spesies : Dimocarpus longan L.
Kelengkeng memiliki sistem akar serabut yaitu akar lembaga yang dalam perkembangan selanjutnya mati dan kemudian disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besarnya dan semuanya keluar dari pangkal batang. Akar ini bukan berasal dari calon akar tetapi akar liar yang berbentuk serabut.
Pohon lengkeng dapat mencapai tinggi 140 cm dan diameter batangnya hingga sekitar 1 m. Memiliki batang seperti silinder panjang, jelas berbuku – buku dan beruas. Daun tersusun berseling dalam dua baris pada batang.
Berdaun majemuk dengan 6 pasang anak daun, sebagian besar berbulu rapat pada bagian aksialnya. Tangkai daun 1 – 20 cm tangkai anak daun 0,5 – 3,5 cm. Anak daun bulat memanjang, panjang 1 – 5 kali lebarnya, bervariasi 3 – 45 x 1,5 – 20 cm, mengertas sampai menjangat dengan bulu – bulu kempa terutama di sebelah bawah di dekat pertulangan daun.
Perbungaan umumnya di ujung (flos terminalis), 4 – 80 cm panjangnya, leat dengan bulu – bulu kempa, bentuk panjang menggarpu. Mahkota bunga lima helai, panjang hingga 6 mm .
Buah bulat dan coklat kekunigan, hampir gundul, licin, berbutir – butir, berbintil kasar atau beranak, bergantung pada jenisnya. Daging buah (arilus) tipis berwarna putih dan agak bening. Pembungkus biji berwarna coklat kehitaman, mengkilat. Terkadang berbau agak keras .

Syarat Tumbuh
Iklim
Lengkeng lebih cocok ditanam di dataran rendah antara 200 – 600 m dpl yang bertipe iklim basah dengan musim kering tidak lebih dari empat bulan. Air tanah antara 50 – 200 cm. Curah hujan 1500 – 3000 m pertahun dengan 9 – 12 bulan basah dan 2 – 4 bulan kering .
Lengkeng dapat tumbuh baik di daerah – daerah yang mempunyai tipe iklim B (basah), tipe iklim C (agak basah), tipe iklim D (sedang). Penentuan tipe iklim tersebut didasarkan pada rumus yang dikemukakan Schmidt Fergusson, yakni perbandingan antara rata – rata jumlah bulan kering dengan rata – rata jumlah bulan basah yang dinyatakan dalam persen.

Tanah
Lengkeng dapat tumbuh baik di daerah – daerah yang tanahnya bertekstur halus dengan pH antara 5,5 – 6,5. Tanah yang bertekstur halus biasanya adalah tanah yang sebagian besar terdiri dari debu dan lempung atau tanah – tanah yang tidak berpasir, misalnya tanah – tanah andosol, vertisol, latosol, dsb.
Lengkeng dapat tumbuh dan berproduksi baik di daerah yang mempunyai ketinggian antara 300 – 900 m dpl. Oleh karenanya dipulau jawa banyak diusahakan orang didaerah – daerah seperti ambarawa. Didataran rendah pun lengkeng dapat tumbuh dengan baik, namun pada umumnya tidak mampu berbuah .

HAMA UTAMA PADA TANAMAN LENGKENG (Dimocarpus longan L.)
Jenis – Jenis Hama
Pada umumnya tanaman lengkeng sangat tahan terhadap serangan berbagai macam hama dan penyakit. Hanya terdapat beberapa hama yang sering mengganggu tanaman lengkeng, antara lain :
a. Trusuk
b. Penggerek Batang (Zeuzera coffeae Neitner)
c. Penghisap Buah (Tessaratoma javanica)
d. Kelelawar

Gejala Serangan
a. Trusuk
Hama ini menyerang bagian batang, terutama batang pokoknya, yakni dengan cara membuat lubang dan masuk ke dalamnya. Apabila jumlahnya sangat banyak, pohon lengkeng yang diserang tentu terdapat lubang yang sangat banyak pula sehingga menunjukkan perubahan pada warna daunnya yakni menjadi kuning dan akhirnya rontok, cabang – cabang menjadi kering dan mengakibatkan kematian .

b. Penggerek Batang (Zeuzera coffeae Neitner)
Larva Z. Coffeae mengebor kulit hingga ke bagian kambium kemudian menggerek bagian kambium dan kayunya. Apabila luas gerekan melingkar dan temu gelang, maka bagian tanaman di atas gerekan akan mengering dan mati. Pohon yang terserang hama ini ditandai dengan terdapatnya kotoran dan cairan yang berwarna kemerah – merahan dari bekas gerekan yang disertai larva sehingga menyebabkan distribusi hara dan air terganggu. Serangan hama tersebut menimbulkan gejala daun – daunnya kemudian rontok, tanaman menjadi kering dan akhirnya mati.

c. Penghisap Buah (Tessarotoma javanica)
Terdapat tanda tusukan berwarna hitam pada buah kelengkeng. Buah tampak keriput karena cairan buah dihisap hama ini. Bahkan banyak buah yang terdapat kopong/ tidak berisi. Hal ini menyebabkan produksi buah lengkeng menurun karena banyaknya buah yang busuk .

d. Kelelawar
Kelelawar juga termasuk hama yang sangat merugikan petani, sebab disamping memakan buah kelengkeng yang sudah masak juga dapat merontokkan buah yang masih muda.

Pengendalian Hama
Pemberantasan hama trusuk dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida pada batang yang telah terserang hama tersebut. Namun akan lebih baik jika dilakukan pencegahan secara dini sebelum terserang yakni dengan penyemprotan insektisida terhadap batang – batang lengkeng yang sehat, terutama batang pokoknya. Pemberantasan ini juga akan berlaku untuk penggerek batang (Zeuzera coffeae Neitner) karena kedua hama ini menyerang batang.
Untuk mengatasi gangguan kelelawar dan penghisap buah (Tessarotoma javanica) maka buah kelengkeng pada tiap malainya harus dibrongsong dengan anyaman bambu atau tepes kelapa.

KESIMPULAN
1. Di Indonesia budidaya lengkeng dilakukan dengan proses sambung atau stek.
2. Apabila tanaman kelengkeng yang masih produktif terserang hama, maka produktivitasnya akan menurun sehingga dianjurkan diadakan pengendalian secara tepat.
3. Dianjurkan dilakukan pengendalian hama dan penyakit dengan cara manual namun dihindarkan bahan kimia.
4. Hama utama yang sering menyerang lengkeng yakni : a) Trusuk; b) Penggerek Batang (Zeuzera coffeae Neitner); c) Penghisap Buah (Tessarotoma javanica); d) Kelelawar.
5. Pengendalian untuk hama yang menyerang batang dikendalikan dengan penyemprotan insektisida, namun untuk hama yang menyerag buah dapat dilakukan dengan sarungisa

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking